Rabu, 25 April 2012

HASHSHASSIN, Kelompok Kejahatan Transnasional Terorganisasi pertama kali



Bagi penggemar film-film action, keberadaan sosok pahlawan yang merayap dalam kegelapan lalu mengeksekusi korbannya kemudian menghilang sebelum orang lain sadar tentu bukan hal yang asing. Penonton seringkali terpana menyaksikan kelihaian tokoh idolanya menjalankan misi rahasia tanpa gembar-gembor. Keinginan publik itu bersahutan dengan para penulis skenario dan para sutradara yang kemudian menciptakan tokoh-tokoh fiktif nan hebat. Sejarah film banyak diwarnai karakter-karakter seperti ini, mulai dari sekuel-sekuel James Bond, Indiana Jones, The A Team, Charlies Angels, Remington Steel, The Saint, hingga Ethan Hunt dalam Mission Impossible.
Saking ramainya film-film dengan karakter canggih dalam ilmu bela diri dan teknologi, penonton seringkali lupa bahwa orang-orang seperti itu tidak hanya hidup dalam dunia fiktif perfilman namun benar-benar nyata, ada dalam kehidupan. Keahlian bela diri, mengeksekusi dan mengelabui lawan dengan standar yang tinggi telah menjadi ciri khas beberapa kelompok dalam dunia nyata di berbagai belahan negara. Serdadu Gurkha di Nepal adalah contoh serdadu dengan kemampuan berperang yang alamiah, agresif di medan pertempuran, tidak takut mati, loyalitas yang tinggi, tahan dalam berbagai medan, fisik yang kuat dan pekerja keras. Demikian pula dengan Ninja di Jepang sejak zaman para Shogun. Ninja hadir dalam sosok yang terampil bela diri, ahli menyusup dan serba misterius.
Namun dari sekian banyak kelompok-kelompok dunia yang dekat dengan dunia kekerasan, kelompok yang paling misterius sekaligus menimbulkan keingintahuan yang kuat bagi saya adalah Kelompok HASHSHASSIN.  Kelompok ini pernah hidup dan meninggalkan sepak terjang yang menakutkan pada abad ke-XI sampai XIII Masehi di wilayah Timur Tengah. Penggambaran terhadap kelompok ini dapat dilihat pada film "the prince of persia" dan game "assassin creek". Perbedaan kelompok HASHSHASSIN dengan kelompok Ninja atau Gurkha adalah bahwa kelompok HASHSHASSIN berdiri sendiri sebagai suatu organisasi independen dengan agenda-agenda tersendiri. Sedangkan kelompok Ninja dan Gurkha menempel pada kekuasaan, melaksanakan tugas-tugas yang mendukung kekuasaan ataupun agenda kekuasaan.
Kelompok HASHSHASSIN boleh jadi adalah cikal bakal Kelompok Kejahatan Terorganisir (Organized Crime), jauh sebelum kelompok-kelompok Gangster Amerika, mafia Italia, Triad di China atau Yakuza di Jepang. Pada umumnya, kelompok-kelompok ini sebagaimana juga HASHSHASSIN, adalah kelompok yang berlatar belakang finansial dan “terjun” ke dalam dunia politik sebagai upaya untuk memperluas sumber-sumber finansial guna mengukuhkan kebutuhan kelompok. Meski seringkali berafiliasi dengan kekuatan-kekuatan politik, kelompok ini juga menerima “order” dari kelompok lain sepanjang sesuai dengan keinginan dan mendatangkan pemasukan bagi kelompok.
Menurut seorang kawan dalam catatan lepas. blogspot, Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Hashshasshin ini. Ada yang berpendapat bahwa nama ini diambil dari kata arab yaitu Hashishin yang berarti pengguna hashis (ganja). Kata ini diambil karena merujuk kepada perbuatan kelompok ini yang sering menghisap ganja. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Hashashin itu sendiri berasal dari pemimpin mereka yaitu Hasan-i Sabbah atau yang dijuluki sebagai The Old Man from Mountain. Jadi Hashashin maksudnya adalah pengikut Hasan. Dan karena kemahiran Hashashin untuk membunuh, maka Hashashin menjadi asal kata dari Assasin. Namun menurut sejarawan Amin Malouf, Hasan-i Sabbah suka menyebut pengikutnya dengan Asasiyun yang berarti asas (fondasi) dari iman. Penyimpangan total terhadap syariat islam dan keyakinan masyarakat syiah yang mereka lakukan menjadi alasan para ulama syiah mendakwa mereka sebagai orang-orang murtad dan sesat. Assassins sebenarnya bukan hanya beda di permukaan, tapi memiliki perbedaan secara substansial dan doktrinal. Secara akidah sebenarnya Assassins tidak lagi bisa dipandang sebagai bagian dari kaum Muslimin karena mereka tidak mewajibkan sholat, zakat, dan puasa, sesuatu yang sangat esensial di dalam Islam.
Setelah dua abad lebih kelompok assasins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok-kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan timur tengah. Karena tidak mampu membentuk satuan tentara konvensional, kaum Nizariyyah membentuk peperangan asimetris yang mengubah tindakan pembunuhan politis menjadi suatu sistem untuk bertahan hidup dan pertahanan terhadap musuh-musuhnya. Mereka melatih pasukan komando tersamar yang sangat terlatih (ahli dalam bahasa, ilmu pengetahuan, perdagangan dan lain-lain, yang dikenal sebagai Fedayeen, yang secara diam-diam akan menginfiltrasi posisi musuh dan selalu menyamar. Fedayeen menggunakan ketrampilan mereka yang termasyhur untuk tujuan-tujuan politik tanpa harus membunuh; misalnya seorang korban, biasanya berpangkat tinggi, di suatu pagi akan mendapati belati Fedayeen di atas bantalnya di saat bangun pagi. Ini petunjuk yang jelas bagi orang tersebut bahwa dia tidak lagi aman dimanapun, bahwa lingkaran dalam para pelayannya telah diinfiltrasi oleh kelompok pembunuh tersebut, dan bahwa tindakan apapun yang menyebabkannya berkonflik dengan kaum Hashshashin harus dihentikan, jika ia ingin hidup. Di Persia mereka menggunakan taktiknya secara langsung terhadap kaum Turki seljuk yang membunuhi kaum Nizari. Saat membunuh tokoh tertentu, mereka sangat hati-hati, melakukannya tanpa jatuhnya korban yang tidak perlu dan hilangnya nyawa orang yang tak bersalah, meski mereka juga sengaja membentuk reputasinya yang mengerikan dengan membantai korbannya di depan umum. Umumnya, mereka mendekati dengan memakai samaran, atau telah menjadi agen tersamar di suatu kelompok. Mereka lebih menyukai belati atau pisau kecil yang tersembunyi, mereka menolak menggunakan racun, panah atau alat lain yang bisa memungkinkan penyerangnya lolos dan hidup.
Dilihat dari kaca mata sekarang, kegiatan kelompok HASHSHASSIN masuk dalam Pengaturan United Nations Conventions Againts Transnational Organized Crime, atau yang dikenal dengan Palermo Convention, tahun 2000. Dalam konvensi itu, kelompok ini dapat dimasukkan ke dalam kategori Kejahatan transnasional terorganisasi (transnational organized crime). Apa yang dilakukan oleh kelompok HASHSHASSIN tidak terikat oleh batas-batas teritorial negara, baik dalam kawasan maupun berbeda kawasan (borderless). Pada dewasa ini, hampir dapat dipastikan bahwa beberapa jenis atau bentuk kejahatan tidak lagi dapat hanya dipandang sebagai yurisdiksi kriminil satu negara, akan tetapi sering diklaim termasuk yurisdiksi kriminil lebih dari satu atau dua negara.
Mengingat bahwa struktur dan independensi kelompok HASHSHASSIN hidup di abad XI sampai XIII M, kelompok ini dapat dikatakan luar biasa karena pengaturan terhadap kelompok demikian baru ada + 800 tahun kemudian.

1 komentar:

  1. 22 Mei 1176 Salahuddin al Ayyubi lolos dari percobaan pembunuhan di dekat Aleppo (Suriah). Pelakunya ditengarai adala kelompok Hashshassin. Saya jadi penasaran, apa kelompok ini punya kaitan dgn para Ksatria Templar?

    BalasHapus