Minggu, 13 Agustus 2017

Maaf, Anda Tidak Lolos Seleksi

Hidup tidak melulu berisi pencapaian-pencapaian. Hidup tidak hanya berputar pada soal kesuksesan. Hidup juga berisi sederet kegagalan yang menyesakkan dada. Yaa, hidup juga adalah serangkaian kekecewaan yang pedih

Beberapa waktu lalu saya mencoba mengikuti seleksi program pasca sarjana (S3) di UGM. Di almamater Pak Jokowi itu saya harus menghadapi serangkaian tes seleksi. Mulai dari pendaftaran, upload dokumen (termasuk rekomendasi dosen/atasan), tes tertulis sampai pada wawancara dengan Pak Dekan

Saya menghadapi seleksi dengan hati gembira. Sejak awal, saya meyakini bahwa seleksi ini harus dihadapi dengan optimis dan tenang. Saya tipe orang yang percaya bahwa rencana Tuhan untuk mendaftarkan saya di UGM adalah rencana terbaik.

Maka mulailah saya mengikuti tes seleksi. Pada bagian awal saya telah mengikuti tes potensi akademik dan semacam tes Toefl . Saya berhasil melewati passing grade yang harus dipersyaratkan. Saya juga menyerahkan proposal disertasi dengan tema pengarusutamaan sistem peradilan pidana dalam penyelesaian konflik sosial .

Dalam sesi ujian tulis, saya merasa bahwa saya mampu menjawab dengan baik beberapa soal teori, asas dan filsafat hukum. Teori tentang staatgrundsnorm, beda utulitarian versi Bentham, Mills dan Jhering ataupun soal ultra petita dalam hukum acara. Ketika menjalani proses wawancara, saya menjelaskan dengan gamblang bahwa ada sponsor perusahaan besar di belakang saya yang siap membantu pendanaan kuliah. Saya memang agak tercekat terhadap dua pertanyaan Pak Dekan. Yang pertama tentang bagaimana kalau lulus seleksi dan Kantor mengadakan mutasi keluar Jogja sedangkan yang kedua, apakah proposal disertasi sudah dikonsultasikan kepada para guru besar ?

Terhadap kedua pertanyaan itu, saya memang agak lambat merespon. Walaupun waktu wawancara saya paling singkat (mungkin sudah dicoret ketika proses wawancara itu). Maaf, Anda Tidak Lolos Seleksi. Saya harus menerima takdir tidak mampu memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan oleh UGM.

Apakah kemudian saya kecewa ? Ya, saya memang kecewa pada awalnya. Tapi kemudian saya kembali 100 %. Bagi saya, sepanjang segalanya telah dilakukan secara maksimal, Tuhan pasti akan memilihkan yang terbaik buat kita. Tuhan tidak memberi yang kita inginkan, Tuhan memberi yang kita butuhkan. Dibalik ini semua saya percaya ada rencana lain yang Tuhan siapkan untuk saya

Mungkin memang ini jalan terbaik. Beasiswa yang sudah di tangan pun harus hangus karenanya. Tapi gak apa-apa. Bukankah ketika Tuhan menutup satu pintu, pada saat yang bersamaan, Ia juga membuka pintu-pintu yang lain ?


Selamat jalan Program S3. Terima kasih telah mewarnai jalan hidupku selama beberapa waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar