Rabu, 12 Maret 2014

Book Review : Pengantar Kriminologi : Teori, Metode dan Perilaku Kriminal. Edisi Ketujuh : Frank E. Hagan



“Kriminologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari kejahatan dan perilaku kriminal. Secara khusus, bidang kriminologi berkonsentrasi pada bentuk-bentuk perilaku kriminal, sebab-sebab kejahatan, definisi kriminalitas dan reaksi masyarakat terhadap aktivitas kriminal.” Kutipan itu hadir pada halaman pendahuluan sebuah buku berjudul Pengantar Kriminologi : Teori, Metode  dan Perilaku Kriminal.

Kriminologi sangat berperan dalam mereduksi kejahatan di suatu komunitas. Kriminologi lebih menyentuh ke akar persoalan kejahatan ketimbang hukum pidana yang lebih bersifat sebagai “pemadam kebakaran”. Dengan mengeksplorasi perilaku kriminal dan sebab-sebab kejahatan, dapat disusun suatu metode/terapi yang tepat untuk mengurangi produksi kejahatan (meminjam kata-kata Prof. Mardjono R) sampai pada batas-batas yang dapat ditoleransi masyarakat.

Kriminologi juga sangat erat dengan dunia hukum nasional. Bahkan Kriminologi telah lama didapuk sebagai ilmu-ilmu pembantu hukum pidana yang sangat berkontribusi dalam menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.

Buku ini menjadi penting karena khazanah buku-buku teks kriminologi berbahasa Indonesia sebenarnya sangat minim. Beberapa buku yang beredar di pasaran, baik ditulis oleh para ahli hukum ataupun Kriminolog nasional negara kita telah lebh dahulu hadir untuk mengisi kekurangan buku-buku ajar tentang kriminologi di kampus-kampus. Kalau akhirnya dunia kriminologi mendapat tambahan dari karya Frank E. Hagan, seorang penulis kriminologi terkenal dari Mercyhurst College Amerika Serikat, tambahan itu patut diapresiasi positif.
Buku ini terbagi atas 15 bagian besar, yaitu : (1) Pendahuluan, (2) Metode-metode Penelitian dalam Kriminologi, (3) Karakteristik Umum Kejahatan dan Penjahat, (4) Teori-teori Kriminologi Awal Klasik, (5) Teori-teori Biologis dan Psikologis, (6) Teori-teori arus utama sosiologis, (7) Teori-teori Kritis Sosiologis dan teori-teori terintegrasi, (8) Kejahatan Kekerasan, (9) Kejahatan Properti : Sesekali, konvensional dan profesional, (10) Kejahatan Kerah Putih : Okupasional dan Korporat, (11) Kejahatan Politik dan Terorisme, (12) Kejahatan Terorganisasi, (13) Kejahatan terhadap ketertiban publik, (14) Kejahatan Komputer, (15) Masa depan kejahatan.

Buku setebal 765 halaman ini sebenarnya dicetak sejak Oktober 2013 oleh Penerbit Kencana dari Prenadamedia Group Rawamangun Jakarta, namun baru terlihat di pasaran (khususnya di Jogja) pada Februari 2014. Di sampul buku tertulis Edisi Ketujuh namun saya tidak memahami secara jelas, apakah buku ini adalah seri ke tujuh (yang artinya ada enam edisi sebelumnya luput dari perhatian) ataukah hanya simbol belaka

Kelebihan buku ini adalah pada komposisi materi yang sangat detail. Hampir pada setiap halaman terdapat gambar, foto, tautan audio/tautan video (yang merujuk ke situs tertentu di dunia maya), ataupun kliping koran. Buku ini juga sangat up to date karena mengetengahkan kasus-kasus besar (di Amerika tentunya) yang banyak menyita perhatian publik.

Kelebihan lainnya ada pada analisis Hagan yang sangat komprehensif dengan literatur yang sangat kuat dari sisi akademik. Tidak itu saja, Hagan juga bahkan mengambil contoh-contoh kasus dari dunia pop untuk lebih menguatkan analisisnya. Lihatlah misalnya pada hal. 119 tentang Kejahatan copycat sebagai tren kejahatan yang lahir dari peniruan bersumber liputan atau penggambaran media. Film “taxi driver” tahun 1976 yang tokoh utamanya diperankan Robert de Niro, berusaha membunuh presiden, mengilhami percobaan pembunuhan terhadap Pres. Reagan. Film “the program” mengilhami dua remaja untuk meniru sebuah adegan dimana para pemain sepak bola yang mabuk bermain “ayam-ayaman” dengan berbaring di tengah jalan bebas hambatan. Kedua remaja tersebut tewas.  Film “natural born killer” dilarang diputar di Inggris dan Irlandia karena mengilhami pembunuhan di Amerika Serikat dan Perancis. Film “child’s play” dan serial lanjutannya menampilkan karakter jahat yang gesit bernama Chucky, dan mungkin mengilhami dua bocah laki-laki dari Liverpool memancing seorang anak 2 tahun dari Mal Liverpool dan kemudian membunuhnya.

Dari sisi historis, buku ini juga sangat kaya akan data. Pada Bab 12 tentang Kejahatan Terorganisasi, Hagan memaparkan sindikat kejahatan terorganisasi nternasional mulai dari Yakuza, Triad China hingga sindikat kejahatan Rusia. Tidak lupa juga Hagan menjelaskan tentang kartel Kolombia, teori Cosa Nostra, teori patron hingga sindikat Amerika-Italia.

Menariknya, pada setiap akhir Bab, buku ini menyediakan halaman tersendiri yang memuat Konsep kunci, Pertanyaan ulangan, sumber web, latihan web dan bacaan pilihan. Halaman ini sebenarnya hdir untuk me-refresh bacaan sebelumnya sekaligus mengembangkan daya nalar melalui penelusuran informasi di dunia maya.

Kelemahan buku ini sebagaimana buku-buku terjemahan lainnya adalah pada redaksi kalimat yang kadang-kadang terkesan dipaksakan oleh penerjemah sehingga membuat kening berkerut mereka-reka apa yang dimaksudkan oleh penulis aslinya. Pembaca juga sebaiknya tidak terlalu berharap adanya penjelasan-penjelasan tentang bentuk-bentuk kejahatan lain di luar Amerika kecuali kalau kejahatan itu bersentuhan dengan dunia kejahatan Amerika atau kejahatan itu sedemikian dahsyatnya sehingga ditarik menjadi menu wajib pelajar Amerika. Olehnya itu, dalam buku ini tidak akan ditemukan Hashshassin, kejahatan terorganisir di Timur tengah atau kelompok korupsi berjamaah di gedung-gedung dewan perwakilan rakyat (daerah) negara kita.

Namun demikian, saya percaya, kelemahan-kelemahan itu tidak akan berpengaruh banyak bagi kesenangan anda membaca buku seperti ini. Terakhir sebelum menutup buku, dalam bab tentang masa depan kejahatan, Hagan mengutip Peter Grabosky : “berabad silam, seorang filsuf terkenal bernama Santayana mengamati bahwa mereka yang melupakan masa lalu dikutuk untuk mengulangi masa tersebut. Sekarang mereka yang mengabaikan masa depan berada dalam keterkejutan luar biasa ketika masa tersebut datang.”


Cangkringan, kaki  Gunung Merapi, DIY, 12 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar