Angel adalah seorang anak lelaki
keturunan afro hispanik. Ia terkenal nakal di rumah ataupun di sekolah. Meski
kesehariannya dikenal sebagai anak yang tanggap dan responsif, nilai-nilainya
di sekolah senantiasa berada di titik nadir. Ia juga bergabung dengan geng yang
sering kali membuat onar. Parahnya lagi, Angel juga kedapatan mengisap
mariyuana bersama teman gengnya. Nasehat
guru dan terutama orang tuanya dianggap angin lalu. Tak jarang pula ia mendebat
dan berkata kasar pada ibunya. Dengan ayah tirinya, ia juga tidak akur. Ada
kesan penolakan yang kuat terhadap nilai-nilai kekeluargaan. Kedua orang tuanya
sudah sampai pada batas kesabaran. Tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk
membawa Angel kembali pada jalur kebenaran demi masa depannya kelak.
Untunglah kisah Angel tidak
terjadi di negara ini melainkan terjadi di negara adi kuasa, Amerika Serikat.
Di negara superpower yang konon dibangun oleh para pemikir dan penggiat hak
asasi manusia tersebut, Angel lalu dimasukkan dalam suatu program khusus yang
menginisiasi anak agar berperilaku sosial baik dan menghormati orang lain.
Program itu dikenal sebagai Juvenile Intervention Program (JIP). Dalam film
dokumenter yang ditayangkan oleh stasiun tv Crime Investigation (CI) tanggal 4
Februari 2016, JIP dipaparkan dengan sangat menarik;
Anak yang bermasalah di sekolah
atau keluarga diperlakukan seperti tahanan/narapidana selama sehari. Mereka
dimasukkan dalam penjara dengan pakaian khusus yang berbeda dengan tahanan
lain. Selanjutnya mereka dibawa melewati selasar di depan ruang-ruang penjara
yang diisi oleh para narapidana. Para Napi yang melihat mereka akan
mengeluarkan kata-kata kasar yang intinya meminta para penjaga menyerahkan
anak-anak itu kepada mereka untuk di “kerjai”.
Setelahnya, anak-anak itu akan dibawa
ke suatu ruangan khusus mendengarkan pengarahan dari para
penjaga yang telah
dibekali ilmu psikologi. Para Napi yang berkelakuan baik selanjutnya mendapat
giliran membagi “ilmunya”. Mereka akan meminta baik dengan halus maupun dengan
kasar agar anak-anak itu tidak mengikuti jejak mereka. Pada titik ini,
anak-anak itu akan terus dicekam ketakutan dan pengendalian amarah. Di sesi
tersebut, anak-anak akan ikut makan bersama napi-napi sambil mendengarkan para
napi ‘berkhotbah”;
Kamar mayat/jenazah menjadi
persinggahan berikutnya. Anak-anak akan diberikan pemahaman
Anak-anak berdiri didepan kamar jenazah |
Sesi menghubungi keluarga juga
disediakan. Dalam sesi itu anak-anak akan diberi kesempatan menelepon
keluarganya.Model telepon yang diberikan adalah model berhadapan dengan telepon
yang dipisahkan oleh kaca sebagaimana yang dilakukan oleh para penjahat kelas
berat. Pada titik ini, air mata mulai mengalir. Dunia kekerasan yang mereka
alami seharian penuh mulai mendekatkan mereka pada kerinduan akan suasana damai
di rumah.
Pada bagian akhir program, setiap
anak akan masuk ke ruangan khusus yang di tengahnya disediakan kasur gulung.
Setiap anak akan ditanya, apakah menurutnya ia harus pulang ke tengah-tengah
keluarganya atau tetap berada dalam penjara. Anak-anak itu akan membuat perbandingan,
sikap kelakuan mereka di masa lalu, rencana-rencana untuk hidup lebih baik
sampai pada resolusi ke depan yang akan dilakukan;
Film dokumenter tersebut berakhir
dengan keadaan pasca 3 bulan program JIP. Wawancara yang dilakukan terhadap
Angel, keluarganya atau teman-temannya di sekolah menunjukkan ada perubahan
signifikan ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai sekolahnya juga semakin
meningkat sesuai dengan kecerdasannya. Hubungan dengan ibu dan orang tua juga
lebih baik sehingga semua pihak senang dan terpuaskan.
Pola-pola pengasuhan dan
pendidikan terhadap anak yang berperilaku menyimpang di Indonesia hanya sebatas
rehabilitasi pasca kejahatan. Pola yang terjadi adalah pola kuratif atau
mengobati. Karena polanya adalah mengobati maka anak akan diperlakukan sebagai
pasien yang sedang sakit. Hubungan yang terjadi kemudian adalah hubungan
dokter-pasien. Tidak ada interaksi intens. Dokter hanya datang mendiagnosa
perkembangan penyakit kemudian pergi dan tidak lama berselang obat datang;
Pola itu berbeda dengan
negara-negara lain seperti Amerika Serikat. Bagi anak berperilaku menyimpang,
disediakan program yang bersifat preventif/pencegahan. Anak-anak itu akan di
masukkan dalam suatu program seperti JIP yang memberikan penyadaran bahwa
perilaku menyimpang itu tidak boleh diteruskan. Ada suatu keadaan dimana semua pihak
memahami pentingnya penyadaran pada anak-anak sebelum mereka melewati batas dan
berubah menjadi penjahat. Dalam program itu, anak-anak “nakal” yang kebanyakan
belum mengetahui konsekuensi kenakalannya itu akan diikuti pola berpikirnya.
Selanjutnya pola berpikir itu akan didorong sejauh mungkin ke depan sehingga anak-anak
itu akan terperangah melihat apa yang akan terjadi kedepan kalau kenakalan-kenakalan itu
diteruskan.
Program-program pencegahan seperti
ini sebaiknya dibuat dan diperbanyak oleh negara kita, sehingga Negara tidak
terkesan hanya menampakkan diri secara bengis ketika kejahatan telah berlangsung melainkan juga membantu kita para orang
tua, dengan menampakkan wajah lembut dan tangan penyelamatnya ketika
putra-putri kita akan dibekap dan ditarik ke dalam alam kegelapan